Kita telah melewati masa krisis global 2008/2009 dan boleh dikatakan
ekonomi Indonesia selama 2010-2011 berada dalam tahapan transformasi
dari pemulihan menuju pertumbuhan yang berkesinambungan melalui
penguatan stabilitas.
Sebagai first line of defense, Bank Indonesia senantiasa
mengedepankan pengelolaan kebijakan moneter dan perbankan secara
berhati-hati (prudent) dan konsisten. Respon kebijakan Bank Indonesia
yang telah ditempuh selama 2010 dalam rangka menjaga stabilitas makro
dan sistem keuangan. Sebagaimana tema yang diusung pada kesempatan ini,
dengan memperkuat stabilitas diharapkan akan menopang proses
transformasi ekonomi Indonesia paska krisis global menjadi ekonomi yang
tumbuh berkelanjutan (sustainable).
Kebijakan Bank Indonesia selama tahun 2011 akan berbentuk penguatan
bauran kebijakan moneter dan makroprudensial sebagaimana yang telah
ditempuh selama tahun 2010. Penguatan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan seluruh instrumen yang tersedia untuk kemudian
dikalibrasi secara optimal. Instrumen-instrumen dimaksud meliputi:
Kebijakan suku bunga (BI rate) diarahkan agar tetap konsisten
terhadap pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan, yaitu 5%±1%
dan 4,5%±1% pada tahun 2011 dan 2012, dengan mewaspadai risiko tekanan
inflasi yang akan meningkat ke depan.
Kebijakan nilai tukar diarahkan untuk membantu pencapaian sasaran
inflasi, dengan tetap konsisten pada pencapaian sasaran makroekonomi
lain, serta memberikan kepastian bagi dunia usaha. Solusi possible
trinity akan berbentuk konfigurasi optimal dari stabilisasi nilai tukar,
pengendalian arus modal, dan respon suku bunga. Dengan kata lain,
mempertimbangkan berbagai kompleksitas yang dihadapi, Bank Indonesia
mensiasati kerangka impossible trinity melalui pemilihan middle ground
solution, bukan corner solution.
Operasi moneter dan kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan
likuiditas domestik diarahkan agar konsisten dan mendukung kebijakan
suku bunga dalam pencapaian sasaran inflasi dan pengendalian permintaan
domestik.
Kebijakan makroprudensial lalu lintas modal diarahkan untuk
mendukung kebijakan nilai tukar, dengan tidak menimbulkan dampak
terhadap likuiditas domestik secara berlebihan. Dua dari paket kebijakan
yang diterbitkan pada Desember 2010 lalu yaitu kenaikkan giro wajib
minimum (GWM) valas dan penerapan kembali batas posisi saldo harian
pinjaman luar negeri (PLN) bank jangka pendek, merupakan instrumen
makroprudensial yang juga terkait dengan pengelolaan arus modal. Di
tengah derasnya modal masuk, kenaikan GWM valas akan memperkuat
managemen likuiditas perbankan. Sementara itu, pembatasan posisi saldo
harian pinjaman luar negeri bank jangka pendek, akan memperkuat prinsip
kehati-hatian dalam mengelola pinjaman luar negeri bank jangka pendek.
Perumusan dan implementasi bauran kebijakan tersebut sangat penting
mempertimbangkan keterkaitan stabilitas moneter dan stabilitas keuangan.
Bank Indonesia juga akan terus melakukan kalibrasi agar bauran
kebijakan yang diambil tetap memberikan hasil optimal antara stabilitas
moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kesinambungan pertumbuhan
ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar